Mengenai Saya

Foto saya
I'm simple, smart, and cute girl :)

Sabtu, 01 Januari 2011

Pengertian Mutu
  

 2.1  Pengertian kualitas ( Mutu )
 Perkembangan peradaban manusia, dimana terdapat perkembangan keahlian manusia. Perkembangan dan keahlian ini mempengaruhi kebutuhan manusia, yaitu timbulnya kesulitan – kesulitan dalam memenuhi atau menyesuaikan serta mengerti akan kenginginan atau kehendak pemakai atau konsumen.
 Mutu adalah faktor – faktor yang ada dalam suatu unit produksi yang dihasilkan dengan standar yang telah ditetapkan. Standar dan ukuran tertentu ini dapat dihubungkan dengan tujuan produksi yang di hasilkan seperti daya guna dan daya tahan produk. Sedangkan mutu produk adalah mutu dari keseluruhan barang agar tidak berubah dari standar yang telah ditetapkan selama proses produksi berjalan sampai barang jadi. (Assouri, Sofjan , 1999)
   Kualitas meupakan kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan harus benar – benar dapat memahami apa yang dibutuhkan konsumen atas suatu produk yang akan dihasilkan (Turner,Wayne 2003).
Mutu adalah konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu prodak, baik barang maupun jasa yang dihasilkan agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah dispesfikasikan guna meningkatkan kepuasan pelanggan. (Gaspersz, Vincet. 2003).
Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan berdasarkan pengalaman aktual terhadap suatu produk atau jasa, yang diukur berdasarkan persyaratan dari pelanggan, baik dinyatakan, disadari atau tidak disadari, dimana kualitas tersebut telah menjadi sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan (Nasution, M. 2001).
Pengendalian mutu adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu dapat tercermin pada hasil akhir. Dengan perkataan lain pengawasan mutu merupakan usaha untuk mempertahankan mutu dari barang yang dihasilkan agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan (Assouri, Sofjan. 1999).
Menurut Fandy Tjiptono dan Anastasia (2001), menyatakan bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk berkulitas apabilah dapat memberikan kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesui dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk.
Menurut Sofjan Assouri ( 1999 ), memberikan defenisi pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan kebijaksanaan dalam hal mutu ( standar ) yang tercermin dalam hasil akhir.
Sistem pengendalian mutu memiliki beberapa manfaat, yaitu suatu strukrur yang dapat menyelesaikan hasil produksi yang ada, dengan perbaikan hasil poduk dan pelayanan yang diberikan, suatu system yang terus - menerus mengevaluasi dan memodifikasi kebutuhan pelanggan, dan dapat memperbaiki produktivitas melalui pengurangan sisa dan pengerjaan ulang, sehingga biaya dan waktu tunggu dalam produksi akan menurun (Gaspersz, Vincent. 2003).
2.1.2. Langkah  - Langkah Perbaikan Kualitas
Menurut Gazper ( 1997 : 58 ) perbaikan kualitas memerlukan komitmen untuk melibatkan cara yang dapat digunakan untuk mencapai keseimbangan antara aspek manusia ( motivasi )  dan aspek teknologi ( tehnik ). Untuk itulah diperlukan langkah - langkah perbaikan secara terus - menerus dalam perusahaan. Adapun langkah - langkah yang dilakukan dalam perbaikan kualitas adalah sebagai berikut:
  1. Memilih dan menetapkan program perbaikan kualitas.
2.      Mengemukakan alasan mengapa memilih program tersebut.
  1. Mengemukakan analisis situasi melalui pengamatan situasional.
  2. Melakukan pengumpulan data selama beberapa waktu.
  3. Melakukan analisis data.
  4. Menetapkan rencana sasaran perbaikan kualitas.
  5. Melaksanakan program perbaikan  kualitas dalam waktu tertentu.
  6. Melakukan studi penilaian terhadap program perbaikan kualitas tersebut.
  7.  Mengambil tindakan korektif atas penyimpangan standarisasi terhadap aktivitas yang sesuai.



2.1.3. Faktor – Faktor Penentu Mutu Produk
Menurut Prawirosentoro ( 2002 : 11 ) faktor penentuan mutu produk sebagai berikut :
1.      Mutu bentuk dan barang.
2.      Bahan baku yang digunakan.
3.      Cara atau proses pembuatannya.
4.      Cara menjualnya atau mengirimnya ke konsumen.
2.1.4. Menurut Hasibuan ( 2005 : 247 ) sifat dan waktu pengendalian dibedakan
          atas:

  1. Preventive control, adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan - penyimpanagn dalam pelaksanaannya.
     Preventive control  ini dilakukan dengan cara:s
1.      Menentukan proses palaksanaan pekerjaan.
2.       Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu.
3.      Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pelaksanaan pekerjaan.
4.      Mengorganisasi segala macam kegiatan.
5.      Menetapkan sistem kordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
6.      Menetapkan sanksi – sanksi bagi karyaswan yang membuat kesalahan.
         Preventive control ini  adalah pengendalian yang terbaik karena dilakukan sebelum terjadi kesalahan.
  1. Responssive control adalah pengendalian yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelakssanaanya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
          Responssive control  ini dilakukan dengan cara sebagai berikut  :
1.      Membandingkan antara antara  hasil dengna rencana.
2.      Menganalisis sebab - sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencatat tindakan perbaikan.
3.      Memberikan penilaian terhadap pelaksanaanya, jika perlu dikenakan sanksi hukuman kepadanya.
4.      Menilai kembali prosedur – prosedur pelaksanaan yang ada.
5.      Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.
6.      Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana melalui training.
3.  Pengendalian saat proses dilakukan , jika terdapat kesalahan segera diperbaiki.
4. Penegndalian berkala, adalah pengendalian yang dilakukan secara berkala. Misalnya per bulan, per semester dan lain – lain.
   5. Pengendalian mendadak , adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengatahui apa pelaksanaan atau peraturan - peraturan yang ada dilaksakanan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengendalian mendadak ini sekali – sekali perlu dilakukan , supaya kedisiplinan karyawan tetap terjaga.
   6. Pengamatan melekat, adalah pengawasan / pengendalian yang  dilakuakan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat dan sesudah kegiatan dilakukan.
2.1.5.  Prosedur Pengawasan Mutu Produk      
            Menurut Ahyari, Agus (1987) pengawasan atas mutu suatu barang hasil produksi, meliputi pengetahuan hal – hal berikut:
1.      Kerusakan dan mutu produk
Proses pembuatan tersebut disesuaikan dengan bentuk dan mutu barang yang ingin dihasilkan. Misalnya dalam pembuatan roti adonan bahan baku terigu, gula, telur dan sebangainya dicampur, dicetak, dan dipanggang dengan proses dalam waktu tertentu, agar diperoleh roti yang direncanakan. Dan apabila waktu pemanggangan lebih lama dari ketentuan berarti roti yang diperoleh selain gosong dan hancur. Agar roti yang diproduksi adalah roti yang baik sesuai dengan rencana, diperlukan pengawasan proses pembuatan secara baik.
Secara umum hal itu dapat dikatakan bahwa untuk memperoleh produk baik diperlukan pengawasan dalam proses untuk mencegah kerusakan. Artinya, agar produk yang dihasilkan tidak rusak perlu diadakan pengawasan secara seksama. Adapun pengawasan atu pengendalian mutu dilakukan selama proses produksi sampai barang tersebut dikirim ke konsumen.
2.      Mencegah atau Menghindarkan Terjadinya kerusakan barang (produk)
Kiat utama dari pencegahan kerusakan suatu produk sebenarnya sangat sederhana saja. Yakni kerusakan harus dicegah sebelum terjadi. Dengan pencegahan kerusakan produk dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:
1.      Pengusaha atau perusahaan tidak akan memperbaiki barang yang rusak  (remade) dan proses produksi dalam perusahaan berjalan secara baik.
2.      Di lain pihak, konsumen tidak akan pernah mengembalikan produk yang telah dibelinya. Hal itu dapat menyangkut produk yang bersangkutan.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan produk selama proses produksi, berarti mengadakan suatu rangkayaian kegiatan terpadu dalam pengendalian mutu. Bila ada pengendalian mutu controlling atas mutu tentunya harus dimulai sejak perencanaan ( planing) produk yang bersangkutan. Antara tahap perencanaan dan tahap seperti pengorganisasian ( organizing ) dan pelaksanaan ( actuating ) harus dilakukan pengawasan mutu.
2.1.6.      Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mutu 
Menurut Soyjan Assauri ( 1999 ), Mutu dipengaruhi oleh faktor – faktor yang aka menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Oleh karena itu, mutu merupakan tingkatan pemuasan suatu barang. Tingkat mutu tersebut ditentukan oleh beberapa faktor barang lain :
1. Fungsi suatu barang
Suatu barang yang dihasilkan hendaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan, sehingga barang – barang yang dihasilkan harus dapat benar – benar memenuhi fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamnya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu mutu barang tergantug pada tingkat pemenuhi fungsi kepuasan penggunaan barang yang dapat dibutuhkan.


2. Wujud  Luar
Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dapt melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut adalah wujud luar barang. Kadang – kadang barang walaupun barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju luarnya kuno atau kurang dapat diterima, hal itu dapat menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dinggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk tetapi juga dari warna, susunan seperti pembukusan dan hal – haln lainya.
3.      Biaya barang tersebut
Umumnya biaya dan harga suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut. Hal ini terlihat dari barang – barang yang mempuyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa mutu barang tersebut relatif lebih baik. Demikian pula sebaliknya, bahwa barang – barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah dapat menunjukan bahwa mutu barang tersebut relatif rendah. Ini terjadi karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik membutuhkan biaya yang lebih mahal. 
2.2. Teknik yang digunakan dalam pengendalian kualitas.
Menurut Hensler dan Brunel dalam Dodi Susandra (2009) setiap perusahaan yang ingin berkembang didunia nyata sudah memilki mentalitas dasar yang kuat agar tidak mundur ditengah jalan disamping stretegi – strategi yang ada. Adapun mentaliatas dasar yang dimiliki atau dipersiapkan oleh setiap perusaahaan antara lain :
A.    Kualitas berarti kepuasan pemakai.
1.      Konsep masuk pasar.
2.      Proses berikutnya pelanggan.
B.      Perbaikan berkesinambungan ( PDCA)
1.      Control PDCA.
2.      Control dilakukan selama proses.
3.      Tindakan penanggulngan dan pencegahan.
C.     Aspek – aspek manusia.
1.      Saling menghargai sesama.
2.      Jangan menyalahkan orang lain.
3.      Kerja sama kelompok.
2.2.1.  Pengendalian Proses.
Pengendalian proses mempunyai banyak arti. Di dalam pengendalian produksi, pengendalian proses berarti perencanaan produksi  dan managemen kemajuan yang ditujukan untuk mencapai volume produksi yang telah ditentukan. Dalam pengendalian mutu, pengendalian proses berarti menjaga dan memperbaiki mutu produk di dalam proses produksi tadi. Perputaran lingkaran pengendalian PDCA secara mantap dan terus - menerus sangat pen\ting bagi setiap jenis pengendalian proses. (Ahyari, Agus 1987).
2.2.2. Pengertian Gugus Kendali Mutu  ( GKM )
Menurut Direktorat Jendral Industri Kecil Dep. Perindustrian tahun 1997, pada buku pelatihan didefenisikan bahwa GKM adalah : “kelompok kecil terdiri 3 sampai dengan 10 orang dari lingkup kerja yang sama secara sukarela melakukan kegiatan control dan perbaikan yang berkesinambungan dengan menggunakan tehnik - tehnik pengendalian mutu”. Dalam pelaksanaan pemecahan masalah dengan menggunakan GKM konsep PDCA menjadi basic langkah -  langkah perbaikan yang dilakukan oleh GKM dengan dilengkapi dengan alat - alat analisis dan statistik.
2.2.3. Alat Analisis
Adapun  sejumlah alat dasar yang dibutuhkan untuk melakukan analisis dan diagnosis yaitu  dengan 7 alat yaitu :
1.      Stratifikasi
Adalah proses menumpuk data menurut berbagai sifat dan penyebabnya yang berbeda - beda.
2.      Digram pareto
Tujuan  membuat diagram pareto  adalah menentukan atau mengetahui masalah atau penyebab utama yang merupakan  kunci di dalam menyelesaikan masalah juga pembandingnya terhadap keseluruhan. Diagram pareto merupakan diagram yang terdiri dari grafik balok yang menggambarkan perbandingan masing - masing jenis data terhadap keseluruhan dengan memakai diagram pareto. Kegunaan Digram Pareto :


a.       Menunjukkan masalah utama.
b.      Menyatakan perbandingan masing - masing persoalan terhadap keseluruhan.
c.       Menunjukkan perbandingan masing - masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan.
3.      Diagram sebab akibat
Diagram sebab akibat merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mencari semua unsur penyebab yang diduga dapat menimbulkan masalah tersebut. Selain itu diagram ini disebut diagram tulang ikan karena mempunyai bentuk susunan tulang ikan, bagian kanan diagram ini biasanya menggambarkan akibat dari suatu masalah, sedangkan cabang - cabang tulang ikannya menggambarkan penyebab pada umumnya bagian pada akibat diagram berkaitan dengan masalah kualitas.
Untuk mencari faktor- faktor penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil kerja maka lima faktor penyebab utama yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Manusia.
2.      Metoda kerja.
3.      Mesin dan peralatan kerja lainnya.
4.      Bahan baku.
5.      Lingkungan kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar